MOTIVASI DALAM OLAHRAGA

 

Sebutlah seperti Muhammad Ali petinju kelas berat yang melegenda, di dunia sepak bola ada nama Diego Armando Maradona yang sukses di jamannya, yang terbaru seperti Critiano Ronaldo pemain bola yang sangat sukses sampai saat ini. Ada pula di olahraga Otomotif atau balap motor seperti Valentino Rossi. Kemudian dari tanah air di cabang olahraga Bulu tangkis legenda Dunia Rudi Hartono yang sangat sukses sampai sampai saat rekor 7 kali juara  All England berturut turut belum terpecahkan sampai saat ini. Semua yang di tulis hanya sebagian kecil manusia manusia yang sukses di bidang olahraga.

Tentu atlit tersebut dalam mencapai kesuksesanya tidak tiba tiba begitu saja ada banyak factor penyebab. Salah satu penyebab itu motivasi. Motivasi inilah yang akan dibahas lebih lanjut dan diharapkan bermanfaat untuk menjadi daya dorong untuk berusaha maksimal

 

www. Kelasolahraga.com
Ekskul Pencak Silat
SMAN. 6 Barru 

Apa itu motivasi ?

Dalam kamus bahasa Indonesia(2008:973)  motivasi adalah  dorongan yg timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak untuk melakukan suatu tindakan dng tujuan tertentu;atau  usaha yg dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu krn ingin mencapai tujuan yg dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya;  perilaku berupa dorongan lekat diri yang ditujukan untuk sesuatu tujuan atau keperluan;

Motivasi berasal dari bahasa Latin”Movere” yang berarti menggerakkan atau mendorong untuk bergerak. bahwa motivasi  adalah daya dorong, atau daya penggerak yang menjadi aktif dalam manusia yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu.Ahmad Rum Bismar(2009:34)

 

Sedangkan beberapa definisi dari pada ahli mengenai pengertian motivasi diantaranya :

1          Menurut Barelson dan Steiner(1980), motivasi adalah kekuatan dari dalam yang menggerakkan dan mengarahkan atau membawa tingkah laku kesuatu tujuan. Hubungan antara kebutuhan, keinginan dan kepuasan digambarkan sebagai, mata rantai yang disebut”Need – wand- satisfaction chain”.

2        W. S. Wingkel (1983), Wahjosumidjo (1985), Kamlesh (1983), mengemukakan, bahwa motivasi dibagi atas dua bentuk yakni: Motivasi Ekstrinsik dan Motivasi Intrinsik. Motivasi  intrinsik adalah motivasi yang ditimbulkan oleh berbagai sumber dari luar seperti pemberian hadiah, penghargaan, sertifikat dan sebagainya. Motivasi Intrinsik itu adalah dorongan alamiah yang mendorong seseorang mengerjakan sesuatu dan bukan karena situasi buatan.

Berdasarkan  dari beberapa definisi di atas memberikan gambaran kepada kita bahwa ruang lingkup motivasi luas dan kompleks. Secara umum dapat diartikan bahwa, istilah motivasi menunjuk kepada faktor-faktor dan proses-proses yang bermaksud untuk mendorong untuk bereaksi atau tidak bereaksi.

Beberapa teori motivasi yang akan dibahas, yakni
1          Teori Hedonisme

     Teori ini mengatakan bahwa pada hakekatnya manusia akan memilih aktivitas yang menyebabkannya merasa gembira dan senang begitu pula dalam olahraga, orang hanya akan memilih aktivitas menarik dan menguntungkan dirinya dan akan mengesampingkan yang tidak menarik. Oleh sebab itu para pembina dan pelatih harus mempersiapkan dan membantu setiap atlet untuk memperbesar apa yang memberi nilai tambah yang dicarinya pada saat itu, untuk memperkecil  apa saja yang dapat menumbuhkan ketidaksenangan dalam aktivitas itu.


2       
Teori Naluri

     Teori ini menghubungkan kelakuan manusia dengan macam-macam naluri, seperti naluri mempertahankan diri dan mengembangkan jenis. Kebiasaan, tindakan dan tingkah lakunya digerakkan naluri tersebut. Untuk itu pembina dan pelatih dalam proses belajar atau latihan perlu memperhatikan naluri-naluri individu dan mendeteksi naluri yang dominan pada setiap individu.


3        
Teori Kebudayaan

     Teori ini menghubungkan tingkah laku manusia berdasarkan pola kebudayaan tempat ia berada. Bertolak dari teori ini, maka para pembina dan pelatih perlu mengetahui latar belakang kehidupan dan kebudayaan setiap atlet, agar kegiatan olahraga yang dilakukannya tidak dirasakan baru atau asing, melainkan sebagai bagian hidup dan pola kebudayaannya.


4       
Teori Kebutuhan

     Teori ini beranggapan bahwa tingkah laku manusia pada hakekatnya bertujuan memenuhi kebutuhannya. Dengan pandangan ini, maka pembina dan pelatih olahraga hendaknya dapat mendeteksi kebutuhan yang dominan setiap individu


 



Kebutuhan fisiologis dan  psikologis menimbulkan dorongan intrinsik dan ekstensi untuk bertingkah laku dalam mencapai tujuan tersebut. Kuatnya dorongan itu ditentukan oleh kadar kebutuhan yang melekat pada diri seseorang. Kalau tujuan tidak tercapai ia mengalami frustasi .

Salah satu ahli psikologi yang merumuskan kebutuhan manusia adalah Abraham Maslow, dengan teori pemenuhan kebutuhan (Satisfaction of Need Teory). Abraham Maslow menyusun tingkat kebutuhan  manusia didasarkan atas prinsip bahwa:

a.      Kebutuhan manusia diorganisasikan dalam kebutuhan yang bertingkat-tingkat.

b.      Segera setelah salah satu kebutuhan terpenuhi, kebutuhan lain akan muncul berkuasa.

c.       Setelah terpenuhi, kebutuhan tersebut tidak mempunyai pengaruh dominan, akibatnya kebutuhan lain mulai meningkat dan mendominasi

Abraham Maslow membagi kebutuhan manusia  menjadi 5 tingkat yaitu:

a.      Kebutuhan mempertahankan hidup (Psikologi Need)

Seperti: Makanan, minum, seks, istirahat, dan lain-lain.

b.      Kebutuhan rasa aman (Safety Needs)

Seperti: keamanan, kestabilan hidup, perlindungan dan pembelaan, tata tertib, keteraturan, bebas dari rasa takut dan gelisah.

c.       Kebutuhan sosial (Social Needs)

Seperti: perasaan diterima oleh orang lain,(sense of belonging), kebutuhan untuk mencapai sesuatu (sense of achiefment), serta berpartisipasi (sense of participation).

d.      Kebutuhan akan penghargaan/harga diri (Esteem Needs)

Seperti: kebutuhan akan prestise, kebutuhan akan berhasil, kebutuhan untuk dihormati.

Manifestasinya dalam olahraga ialah makin tinggi prestasinya  makin giat berlatih, makin tinggi perasaan untuk diperhatikan dan dihargai.

  

Apa itu Olahraga ?

Pertanyaan ini mungkin tampak dasar, sehari-hari kita sangat sering mengucapkan, mendengarkan, bahkan melakukan aktivitas olahraga.Menurut Kamus Besar  Bahasa Indonesia”

 Olahraga adalah gerak badan untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh, seperti sepak bola, berenang, lempar lembing.

Dari pengeritian olahraga  di atas, maka olahraga adalah aktivitas fisik semata. Yang menekankan pada tubuh atau badan bergerak supaya sehat. Ini bisa diambil contoh melakukan jogging, senam kebugaran yang dilakukan yang dilakukan hanya untuk sehat. Salah  satu definisi olahraga yang dikemukakan oleh seorang fakar Sosiolgi tentang olahraga, ada tiga  yang  ditemuai dalam olahraga yaitu :   

  1. Olahraga adalah aktivitas fisik2
  2. . Olahraga adalah  aktivitas Kompetitif3
  3. .  Adanya lembaga atau organisasi yang mengatur
  4. Adanya faktor internal dan eksternal


Dalam  Undang Undang Sistem Keolahragaan Nasional No.3 tahun 2005 (Pasal 1)

Olahraga  adalah  segala  kegiatan  yang  sistematis  untuk mendorong,   membina,   serta   mengembangkan   potensi jasmani, rohani, dan sosial.

Olahraga  adalah  segala  kegiatan  yang  sistematis  untuk mendorong,   membina,   serta   mengembangkan   potensi jasmani, rohani, dan sosial.Dan Pasal 17: Ruang lingkup olahraga meliputi kegiatan:

a.  olahraga pendidikan;

b.  olahraga rekreasi; dan

c.  olahraga prestasi.


Berbagai motivasi dalam berolahraga

Taylor (2009), menjelaskan bahwa untuk mencapai hasil maksimal dalam sebuah pertandingan atau kompetisi diperlukan beberapa komponen psikologi yang tersusun dan berkaitan satu dengan lainnya. Berikut adalah visualisasi komponen tersebut yang kemudian diikuti oleh penjelasannya masing-masing.

Jelaslah bahwa untuk pencapaian prestasi yang maksimal diperlukan kompleksitas psikologis yang terdiri dari: Motivasi, percaya diri, intensitas, fokus, Emosi, seperti yang di gambarkan Taylor (2009). Motivasi sebagai pemicu, penggerak untuk berbuat, dan motivasi bisa hilang atau berkurang diakibatkan oleh masalah kelompok , tim, atau regu, seperti dampak dari akibat Reingalmenn effect. Bilamana motivasi sudah terganggu, atau hilang akan mengakibat dampak yang tidak baik kepada rasa percaya diri, intensitas, fokus atau konsentrasi, emosional, dan akhirnya berujung kepada kegagalan atlet untuk meraih prestasi maksimal.

Perbedaan motivasi dalam berolahraga bervariasi antara individu dengan individu lainnya. Karena pebedaan tingkat individu lainnya.

Beberapa  motivasi dikalangan atlet untuk berprestasi dalam olahraga diantaranya adalah:

1          Mencari stress dan mengatasi stress terebut

Berjuang untuk mengatasi halangan-halangan, menciptakan stress pada diri sendiri dan berusaha untuk berkembang dan sukses rupanya merupakan salah satu motivasi utama dari pada atlet untuk berprestasi. Pendaki merupakan contoh dari pada orang yang mencari stress. Kepuasan akan terjadi bilamana berhasil mengatasi hambatan-hambatan yang menghalanginya.

2        Usaha untuk memperoleh kesempurnaan

Paul Weiss dalam bukunya mengenai aspek-aspek filsafat dalam olahraga mengatakan bahwa, mencari kesempurnaan merupakan salah satu motivasi yang melekat pada diri atlet dengan mempergunakan tubuhnya sebagai alat untuk mencapai kesempurnaan keterampilan.

3         Status

Banyak atlet yang mempunyai nama terkenal dalam olahraga berhasil mempertinggi status sosialnya dimata masyarakat. Memperoleh kedewasaan(materitas) anak-anak menonjol dibidang keolahragaan tumbuh menjadi orang dewasa yang menjadi kukuh, teguh, tidah mudah rubuh dan lebih stabil jiwanya dibandingkan dengan mereka yang tidak menonjol dalam olahraga dalam usia muda.

4        Kebutuhan untuk diakui menjadi anggota kelompok

Bagi beberapa orang/anak, memasuki perkumpulan olahraga, berarti mendapat kesempatan yang baik untuk diakui menjadi anggota kelompok. Demikian pula kesempatan untuk menjalin persahabatan yang erat dan mesra dengan kerabat dan teman-teman seusianya.

5        Hadiah-hadiah

Hadiah-hadiah dalam bentuk ijasah, sertifikat, medali, atau hadiah-hadiah yang mempunyai nilai intrinsik, seringkali digunakan oleh pembina/pelatih untuk mengembangkan motivasi pada diri atlet-atletnya.

Ada empat hal yang perlu kita perhatikan apabila sistem hadiah akan kita terapkan yaitu:

a.      Jelaskan dengan hati-hati kepada atlet apa maksud pemberian hadiah tersebut.

b.      Berikanlah hadiah-hadiah yang betul-betul mempunyai nilai, dan hindarilah pemberian hadiah-hadiah yang kurang bermamfaat atau nampak kekanak-kanakan.

c.       Hadiah-hadiah harus diberikan  secara adil dan merata.

d.      Hadiah-hadiah harus sepadan dengan jerih payah yang telah dikeluarkan atlet.

6        Kejantanan (Masculinity)

Pendapat yang mengatakan kejantanan adalah orang yang sanggup untuk bekerja keras demi sukses dalam olahraga. Cara seperti ini sebenarnya adalah cara buruk untuk memotivasi atlet. Pandangan kejantanan atau maskulin sudah berubah dimasyarakat, bahwa orang yang besar  dan kuat fisiknya menggambarkan sebagai orang yang melakukan over kompensasi karena sebenarnya, merasa inferior.

7        Membentuk watak (Karakter)

Konsep pembentukan watak (Character Building) harus dipelajari dengan hati-hati sebelum diterapkan suatu motivasi. Sebab dalam beberapa literatur riset ditulis beberapa atlet memperlihatkan standar moral etis dan sportivitas yang lebih rendah dari pada bukan atlet.

Agaknya kalau olahraga mau dijadikan medium membentuk watak, programnya harus didesain dan diarahkan sedemikian rupa sehingga bisa memberikan hasil yang positif. Masalah vital adalah bahwa disiplin dan kepemimpinan (leadership) harus ditanamkan pada atlet.

Michael Passer seorang psikolog olahraga menunjukkan adanya 6 kategori utama motif-motif yang menumbuhkan minat anak-anak yang berpartisipasi dalam program olahraga, yaitu: 

  1.  Untuk mengembangkan keterampilan dan kemampuan:
  2. Untuk berhubungan, dan mencari teman
  3. Untuk mencapai sukses dan mendapat pengakuan.  
  4. Untuk latihan menjadi sehat dan segar 
  5. Untuk menyalurkan energi, dan
  6. Untuk mendapat pengalaman yang penuh tantangan dan yang menggembirakan


Demikian tulisan ini.  Semoga dengan motivasi tinggi dan kuat yang dimiliki para atlit semakin bertambah daya juangnya untuk berprestasi tinggi untuk kejayaan bangsa dan negara.

Sumber :

Ahmad Rum Bismar, DR. M.Pd, 2006, Psikologi Olahraga. Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Makassar. Makassar

Bryant J. Gratty, Ed. D, 1973, Psikologi In Contemporary Sport. Prentice hall, Inc, Englewood Cliffs, New Jersey.

Harsono, Dr. M.Sc. 1986, Ilmu Jiwa Kepelatihan, Bandung.

Kamus Bahasa Indonesia, 2008. Pusat  Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

 

Komentar