Menguak Misteri Keutamaan Membaca Al-qur'an
Semua manusia pasti menginginkan dirinya bisa membaca. Membaca disini bisa diartikan sebagai sebuah kegiatan dalam melafalkan huruf-huruf abjad, seperti: membaca buku, novel, artikel, maupun opini. Namun Islam memberikan pandangan lain tentang membaca, bahwa membaca bukanlah aktifitas dari literatur saja tapi juga bisa melalui keadaan, maupun alam sekitar. Ayat al-Qur’an yang pertama kali turun adalah “Iqra”yang artinya bacalah yang berarti bahwa manusia dituntut harus terus membaca dan membaca selagi nyawa masih melekat dalam tubuh.
Membaca al-Qur’an hukumnya wajib. Hukum wajib disini memberikan tanggunggan dan keharusan umat Islam untuk terus membaca al-Qur’an, mempelajari bahkan menghafalnya. Namun, pernyataan ini berbanding terbalik dengan realita yang ada saat ini. Umat Islam banyak yang mengabaikan dan bahkan sehari-pun tak menyentuh dan memegang al-Qur’an sebagai pegangan hidupnya.
Perkembangan teknologi dan komunikasi yang ada menjadikan umat Islam khususnya remaja Islam berpaling hati dengan al-Qur’an. Banyaknya gadget yang terjual murah sesuai dengan kantong masyarakat memberikan kemudahan untuk mengakses semua informasi sesuai dengan apa yang diinginkan. Mulai dari kegemaran kaum laki-laki sampai ibu-ibu rumah tangga, seperti: sepak bola, tinju, bulu tangkis bagi kaum adam, dan bagi kaum hawa seperti: fashion zaman now.
Keberadaan kafe yang ada di pinggir jalan memberikan kesempatan dan wadah bagi remaja untuk terus membiasakan budaya nongkrong daripada memakmurkan masjid. Apalagi kafe jaman sekarang menyediakan akses free wifi untuk menarik pelanggan. Adanya kebiasaan ini menjadikan masyarakat cenderung memanjakan diri dengan sistem yang ada dan lebih menikmati gadget daripada memegang mushaf al-Qur’an.
Setiap umat Islam pasti bisa membaca al-Qur’an, banyak yang beranggapan kalau ikut aliran A membaca al-Qur’annya cepat kalau ikut aliran B membaca al-Qur’annya lambat. Padahal jika disimpulkan dalam hal membaca al-Qur’an banyak yang bergumen “yang penting cepat khatam”. Dalam Islam pernyataan seperti ini kurang tepat.
Ketika Anas ra ditanya tentang bacaan Nabi SAW, ia menjawab bahwa : “Nabi senantiasa membaca dengan perlahan (sesuai dengan panjang pendeknya). Jika beliau membaca Bismillahirrahmanirrahim, beliau baca dengan perlahan Ar-Rahmandan beliau baca dengan perlahan Ar-Rahim”. (HR. Al-Bukhari).
Al-Qur’an merupakan kalamullah dan pedoman bagi kehidupan manusia, keutamaannya atas segala perkataan seperti keutamaan Allah SWT atas seluruh makhluk-Nya. Membacanya adalah amalan yang paling utama dilakukan dengan lisan. Setiap orang yang membaca al-Qur’an dengan ikhlas karena Allah maka ia mendapatkan pahala. Namun pahala ini dilipatgandakan jika disertai dengan kehadiran hati, penghayatan dan pemahaman terhadap ayat yang dibaca. Maka satu huruf bisa dilipatgandakan pahalanya menjadi sepuluh kebaikan, bahkan tujuh ratus kali lipat.
Membaca al-Qur’an dengan lancar maupun terbatah-batah tetap mendapatkan pahala karena ia merupakan kitab suci kalamullah, sebagaimana yang tercantum dalam sebuah hadits Nabi: “ Siapa saja membaca satu huruf dari kitab Allah (al-Qur’an), maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipat-Nya.” (HR. At-Tirmidzi).
Berupayalah kita dengan sungguh-sungguh untuk terus memanfaatkan waktu dengan membaca al-Qur’an karena nanti al-Qur’an akan memberikan syafaat bagi pembacanya sesuai dengan sabda Nabi SAW: “Bacalah al-Qur’an, karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at kepada para ahlinya.” (HR. Muslim). Buatlah al-Qur’an sebagai bacaan harian kita dan janganlah kita tinggalkan dalam keadaan bagaimanapun, sedikit tapi terus lebih baik daripada banyak namun terputus.
Komentar
Posting Komentar