Awan hitam menyaksikan sunyinya kegelapan malam hari, tak ada satu pun kerlip bulan dan bintang yang berani menampakkan indahnya. Kemanakah dia perginya ? kini kita tengah banyak terkurung mengejar angan dan hawa nafsu dunia dan menutup diri untuk menjemput jalan lurus yang akan memberi berkah kehidupan atas kesempatan dibumi dan hidup bersinggah untuk berbenah.
Bahkan saat senja menuliskan kabar atas perginya sebelumnya sempat berpesan akan tetap datangkan hangat diesoknya Namun, hati harus siap menjemput dan menantinya dengan sabar bukan tetang layaknya imajinasi dan ingin yang berlebih bahwasanya ia harus tetap ada untuk melanjutkan kisah yang tak akan selamanya berteman indah. Kalaulah ada yang patut menjadi bahan ceritanya jangan paksakan sesuatu tetap ada melainkan bagaimana saling mengerti sedang ada ataupun tidaknya sesuatu yang didamba tak begitu membuat hati nanti berlebih rumitnya karena terlalu menaruh harap melebihi harapan kepada sang maha membolak balikkan hati dan yang sungguh paham dalam menjaga dan menggenggam sucinya sebuah rasa di dalam diri dan hati setiap hamba - hamba - Nya.
Semuanya perlahan kau kira menjaga dengan tidak saling memberi sentuhan memberi makna
Bahkan jarang bercerita. di ruang sama kau tak begitu ingin tahu tentangnya.
Dia pun tak membatasimu dengan siapa, sadarkah ?
Kau memberinya cinta dan rasa yang bermakna
Lalu... kau beri gelar yang mengundang rasa bangga dihatinya
Disudut ku mengenang hangat senja penyejukku saat bersimpuh, ingin menjemput jalan kembali kepada - Mu
Banyak yang tak yakin nanti akan langkah adalah urusan belakangan dan pelengkap cerita
Satu persatu teman selanjutnya mulai bertanya dan memberi jeda agar kau mulai percaya yang ada Saat ini bukanlah seharusnya
Bahkan hilir angin bertanya kapan engkau menjemput Dia (Hidayah)
Bukankah kau sangat tenang tenang saat berbahas keindahan berbalas rasa
Dengan alasan sang maha penggenggam dibaliknya?
Benar adanya aku hanya satu sosok asing
Yang kembali dijadikan figur di tengah kisah indah
Kiranya mata berdua sedang aku hanya benteng bak pihak ketiga
Dari aku yang pernah terluka dan singgah dihati salah satu makhluk- Nya salahkah?
Kalau ku ajak kalian berbenah kita semasing memiliki salah yang sama
Dengan fase beranjak yang masih beda
Ku datang tidak menuntut untuk kembali
Memberi bahagia karena ucap mari bersama
Setelah hadirnya dia salah seorang raga yang yang hadir sejak lama setelah pergiku.
Hanya saja ada yang belum selesai dari langkah yang semasing ditempuh
Bahkan setelah sejauh mana kakiku berbeda danganmu
Tetaplah aku sempat menjadi bagian salah Dihadapan - Nya persis sama sepertimu
Sekarang selagi aku melanjutkan usahaku,dalam memperbaiki usangnya hati yang lupa pada - Nya
Yang menggenggam rasaku, yang sejukkan rintih duka lara tersedu - sedu
Kabari dunia, hati,dan ragamu kapankah? kau menjemputnya DIA (Hidayah-Nya)
Untuk duniamu yang dengan mudahnya terlihat baik - baik saja padahal...
Dengan hilirnya angin yang menyulitkan hatimu karena sebongkah gelisah d
Dan rasa ingin tahu tentram yang sesungguhnya
Tidak usang ku memaksa Meninggalkan DIA, yang terlanjur membawa dan memberi rasamu
Hingga teramat saling mencinta...
Tapi janganlah terlalu lama berdiam pada apa yang membuat sesak dan luka lebih parah
Menjaga yang belum semestinya ditakdirkan bersama
Hari dimana kau melepaskan bukan hal paling salah
Ketimbang harus menimbun gumpalan penyesalan saat melepas maha penggenggam rasa
Yang lebih tahu siapa yang menemani hingga ujung nafas dan pamitnya usia
Tak ada yang harus disesali dalam beranjak menjemput jalan penuh ketentraman, meskipun akan bertemankan sedikit goyah yang akan semakin sulit untuk menolak dan menahan, tapi percayalah bahwa sekalipun banyak yang meremehkan jalan dan tujuan yang menuju memeluk erat kasih sayang tuhan, tak ada yang berbuah kesedihan saat berani membiarkan setiap pasang mata memandang sebelah mata namun hebatnya asalkan setelahnya Allah memeluk - Mu sepenuh rasa ...
Sabarlah, dalam melangkah menjemput - Nya ..
Bahkan saat senja menuliskan kabar atas perginya sebelumnya sempat berpesan akan tetap datangkan hangat diesoknya Namun, hati harus siap menjemput dan menantinya dengan sabar bukan tetang layaknya imajinasi dan ingin yang berlebih bahwasanya ia harus tetap ada untuk melanjutkan kisah yang tak akan selamanya berteman indah. Kalaulah ada yang patut menjadi bahan ceritanya jangan paksakan sesuatu tetap ada melainkan bagaimana saling mengerti sedang ada ataupun tidaknya sesuatu yang didamba tak begitu membuat hati nanti berlebih rumitnya karena terlalu menaruh harap melebihi harapan kepada sang maha membolak balikkan hati dan yang sungguh paham dalam menjaga dan menggenggam sucinya sebuah rasa di dalam diri dan hati setiap hamba - hamba - Nya.
~MENJEMPUT JALAN KEMBALI KEPADA - MU
Cipt : Muti'ah Mawaddahtul Maulia
Semuanya perlahan kau kira menjaga dengan tidak saling memberi sentuhan memberi makna
Bahkan jarang bercerita. di ruang sama kau tak begitu ingin tahu tentangnya.
Dia pun tak membatasimu dengan siapa, sadarkah ?
Kau memberinya cinta dan rasa yang bermakna
Lalu... kau beri gelar yang mengundang rasa bangga dihatinya
Disudut ku mengenang hangat senja penyejukku saat bersimpuh, ingin menjemput jalan kembali kepada - Mu
Banyak yang tak yakin nanti akan langkah adalah urusan belakangan dan pelengkap cerita
Satu persatu teman selanjutnya mulai bertanya dan memberi jeda agar kau mulai percaya yang ada Saat ini bukanlah seharusnya
Bahkan hilir angin bertanya kapan engkau menjemput Dia (Hidayah)
Bukankah kau sangat tenang tenang saat berbahas keindahan berbalas rasa
Dengan alasan sang maha penggenggam dibaliknya?
Benar adanya aku hanya satu sosok asing
Yang kembali dijadikan figur di tengah kisah indah
Kiranya mata berdua sedang aku hanya benteng bak pihak ketiga
Dari aku yang pernah terluka dan singgah dihati salah satu makhluk- Nya salahkah?
Kalau ku ajak kalian berbenah kita semasing memiliki salah yang sama
Dengan fase beranjak yang masih beda
Ku datang tidak menuntut untuk kembali
Memberi bahagia karena ucap mari bersama
Setelah hadirnya dia salah seorang raga yang yang hadir sejak lama setelah pergiku.
Hanya saja ada yang belum selesai dari langkah yang semasing ditempuh
Bahkan setelah sejauh mana kakiku berbeda danganmu
Tetaplah aku sempat menjadi bagian salah Dihadapan - Nya persis sama sepertimu
Sekarang selagi aku melanjutkan usahaku,dalam memperbaiki usangnya hati yang lupa pada - Nya
Yang menggenggam rasaku, yang sejukkan rintih duka lara tersedu - sedu
Kabari dunia, hati,dan ragamu kapankah? kau menjemputnya DIA (Hidayah-Nya)
Untuk duniamu yang dengan mudahnya terlihat baik - baik saja padahal...
Dengan hilirnya angin yang menyulitkan hatimu karena sebongkah gelisah d
Dan rasa ingin tahu tentram yang sesungguhnya
Tidak usang ku memaksa Meninggalkan DIA, yang terlanjur membawa dan memberi rasamu
Hingga teramat saling mencinta...
Tapi janganlah terlalu lama berdiam pada apa yang membuat sesak dan luka lebih parah
Menjaga yang belum semestinya ditakdirkan bersama
Hari dimana kau melepaskan bukan hal paling salah
Ketimbang harus menimbun gumpalan penyesalan saat melepas maha penggenggam rasa
Yang lebih tahu siapa yang menemani hingga ujung nafas dan pamitnya usia
Tak ada yang harus disesali dalam beranjak menjemput jalan penuh ketentraman, meskipun akan bertemankan sedikit goyah yang akan semakin sulit untuk menolak dan menahan, tapi percayalah bahwa sekalipun banyak yang meremehkan jalan dan tujuan yang menuju memeluk erat kasih sayang tuhan, tak ada yang berbuah kesedihan saat berani membiarkan setiap pasang mata memandang sebelah mata namun hebatnya asalkan setelahnya Allah memeluk - Mu sepenuh rasa ...
Sabarlah, dalam melangkah menjemput - Nya ..
****
Komentar
Posting Komentar