Bekal Ajar Mapel PJOK SMA/SMK




Biasanya prestasi akademik yang dilihat dari anak berbakat intelektual adalah dalam mata pelajaran: Bahasa Indonesia, bahasa Inggris, Matematika, Pengetahuan Sosial, Sains (Fisika, Biologi, dan Kimia). Untuk pengumpulan informasi melalui data subjektif, sekolah dapat mengembangkan sendiri dengan mengacu pada konsepsi dan ciri (indikator) keberbakatan yang terkait.
bacaki.id

a.     Identifikasi Bekal Ajar Pengetahuan (Kognitif) Peserta Didik

Tujuan atau orientasi pembelajaran aspek pengetahuan adalah pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian aspek pengetahuan adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.

Pengetahuan awal dalam pembelajaran PJOK berdasarkan pendapat Baufard dan Wall dalam Allen W Burton (1998: 149) meliputi pengetahuan deklaratif (declarative knowledge) berupa pengetahuan yang bersifat fakta tentang peraturan, hukum, prinsip-prinsip latihan dan lainnya. Pengetahuan ini dapat diukur melalui paper and pencils test, dan interviu. Sedangkan pengetahuan lain adalah pengetahuan prosedural yang berkenaan dengan bagaimana keterampilan dilakukan (how do thing), tahapan serta langkah-langkahnya. Pengetahuan ini menurut Thomas & Thomas dapat diukur dengan melalui tes lisan dan tulis, serta penampilan fisik secara aktual (actual physical performance).
b.     Identifikasi Bekal Ajar Sikap Peserta Didik

Mengidentifikasi bekal ajar sikap peserta didik di sekolah menengah atas. Ranah sikap adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah sikap mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar sikap akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku.

Identifikasi bekal ajar sikap peserta didik ini dapat dilakukan melalui analisis terhadap catatan jangka panjang perilaku peserta didik (jurnal/portofolio), observasi awal yang dilakukan oleh guru, penilaian diri atau penilaian antar teman, bahkan jika diperlukan melalui wawancara langsung dengan peserta didik yang bersangkutan maupun orangtua serta pihak lain yang memang tahu perilaku peserta didik sehari-hari.

c.     Identifikasi Bekal Ajar Keterampilan Peserta Didik

Mengidentifikasi bekal ajar keterampilan peserta didik di sekolah menengah atas. Ranah keterampilan merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) tau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar keterampilan ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar sikap (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Ranah keterampilan adalah berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya.

Keterampilan fisik, merupakan proses pengembangan dan penghalusan esensi keterampilan neuromuskular yang digunakan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari (mekanika tubuh dan postur), termasuk di dalamnya efisiensi dari berbagai gerak keterampilan, penghematan energi pada kinerja berbagai keterampilan, dan aktivitas yang lebih bisa dinikmati. Untuk mampu membuat sebuah sajian pembelajaran yang efektif, seorang guru harus memahami sejauh mana ketrampilan fisik awal yang dikuasi oleh siswanya. Tanpa identifikasi kemampuan awal atau potensi peserta didik terhadap keterampilan yang akan dipelajari, dapat saja materi yang dipilih terlalu berat, tentunya hal itu akan menjadikan siswa tidak mampu mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Demikian pula sebaliknya, jika materi pilihannya terlalu ringan dibanding potensi yang dimiliki, maka tidak akan memberikan dampak hasil belajar yang signifikan pada siswa.

Keterampilan gerak yang dikenal dalam pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan meliputi gerak awal pada usia dini (early movement milestone), keterampilan gerak dasar (fundamental movement skill), dan keterampilan gerak khusus (specialized movement skill). Namun, berdasarkan Davis dan Burton terbagi ke dalam keterampilan memindahkan posisi tubuh (locomotion), keterampilan menggerakkan obyek atau berbagai benda (locomotionon object), keterampilan dalam menggunakan berbagai anggota tubuh di tempat (propulsion), keterampilan menerima benda lain (reception), dan kemampuan merubah posisi anggota tubuh dan tubuh terhadap benda lain (orientation). Selain itu juga dijelaskan perpaduan berbagai keterampilan tersebut berupa permainan.
Identifikasi terhadap keterampilan gerak awal atau potensi peserta didik semestinya didasarkan pada jenis (category) gerak berdasarkan pengaruh lingkungan (terbuka (open lob skill), tertutup (close lob skill)), berdasarkan akhirnya gerakan (tunggal/ terpenggal (descret), berkelanjutan (serial), dan berulang (continuum). Selain itu keterampilan juga dapat didasarkan pada otot yang digunakan gerak dengan otot halus (fine motor skill) dan gerak dengan menggunakan otot besar/ kasar (gross motor skill).

Di dalam penilaian keterampilan gerak perlu pula diperhatikan unsur yang dinilai, yaitu proses gerak (movement process) bukan “penilaian proses” yaitu bagaimana suatu gerakan dilakukan atau sering disebut teknik gerak, dan hasil gerakan (movement product) atau keluaran gerak (output movement). Hasil gerak ini dapat dikukur seberapa jauh dan tinggi peserta didik melompat, seberapa cepat peserta didik dapat berlari dalam jarak 50 meter, berapa kali peserta didik dapat melakukan passing bawah bolavoli dalam kurun waktu satu menit, dan seterusnya. Semua jenis penilaian dapat dilakukan, namun demikian sangat tergantung dengan kompetensi yang harus diperoleh oleh peserta didik. Selain itu, mengacu pada penilaian otentik berbasis kinerja, berbagai penilaian terhadap keterampilan tersebut dapat lebih bermakna ketika dilakukan dalam suasana permainan yang sesungguhnya.

Identifikasi terhadap keterampilan produk gerak dapat pula dilakukan melalui penerapan keterampilan tersebut pada permainan yang sesungguhnya, sehingga diperoleh persentasi keberhasilan antara jumlah passingbenar yang dilakukan dengan kesempatan yang diperoleh untuk melakukan passing.

Selain melalui uji unjuk kerja sesuai dengan jenis dan kategori geraknya, identifikasi potensi awal pada keterampilan ini juga dapat dilakukan melalui uji motor ability atau uji motor educability. Berbagai item tes pada motor educability test ini dapat mengungkap potensi keterampilan yang dimiliki peserta didik jika dipilih sesuai dengan

Demikian semoga bermanfaat.

Bersambung…

Sumber:

MODUL
GURU PEMBELAJAR Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani Olah Raga Dan Kesehatan Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan (SMA/SMK)
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2016



Komentar