PERGI AKANKAH KEMBALI?

Malam ini bintang tak terlihat, bukan tak berani nampak malam ditutup oleh awan gelap pertanda akan turun hujan yang akan membuat beberapa insan akan terlelap. dikeheningan malam dia hanya ditemani beberapa tinta pena dan secarik potongan - potongan kertas yang memberi gambaran perihal luka yang belum lama berusaha dilepas.

Ketika malam telah mencoba menenangkan dirinya yang tak menemukan titik temu bahagianya
sebenarnya tak ingin mengusik kembali tapi ada fase dimana harusnya hatinya tidaklah untuk terus beralama - lama jadi pihak paling tersakiti, kalau saja akan ada kapankah senyumnya dapat kembali merekah?

kalau pun bukan dengannya yang ia damba setidaknya hadirkanlah ketenangan dalam hatinya bahwa setiap rapuh yang sempat ada tak selamanya akan bertambah parah jika sedikit melihat kesana bahwa sekarang bukanlah saatnya untuk menyerah karena orang seperti dia... bila saja itu bukan sebuah nyata pula, belum tentu kemarin adalah hal yang paling tak kau terima sedang dua raga pernah bersama dalam tahap suka duka yang dilewati bersama bukan hal yang singkat adanya

terimalah semua jadi sedikit alur dari - Nya sang maha penggenggam rasa kalaupun ia pergi tanpa kau kira boleh jadi ragamu dan dia yang menyerah tak pantas untuk dibuat saling bersama ❤


SEPUCUK SURAT UNTUK PERGI

cipt : Muti'ah Mawaddahtul Maulia


Kemarin baru saja, sepertinya kau yang membuka segala cerita 
Terkadang duduk bersama juga bukan hal yang mudah kau dapat 
Karena aku selalu saja memilih ada sekat 
Tapi tidak untuk berhenti menjadi pengingat 
hingga akhirnya mungkin itukah yang membuatmu tak kuat?

Kukira kau tak semudah itu untuk menyerah 
Di sudut, sesering aku memejamkan mata seketika saja kini kau mudah dalam hal membuatku terluka
Sesekali kucoba diam dan bungkam untuk semua cela yang semakin menyiksa
Belajar menerjemah setiap apa yang berusaha kau coba munculkan pundi - pundi kecewa
Tapi  sesekali aku belum bisa percaya dan terlihat bodoh yah di matamu

Kamu benar sekeras apapun aku mencoba untuk tetap ada kini hadirnya adalah juara
Aku tak menapik kau adalah hal yang salah dari angin dan setiap biru awan ku selalu mencoba bercengkrama
Ada salahkah? sekatkah yang akan menjurus untuk mengingat setiap cerita lama untuk dilupa begitu saja \
Anehnya aku belum merasakan ada yang beda dari pertemanan ini 
kisah itu masih saja mengungkit diri dalam naluri memori dan isi dari setiap bait yang jadi saksi 

Kukira hujan adalah jawaban kala dingin mencoba mendalami keadaan 
Kalaupun sikapmu semakin dingin, bukanlah itu penyebab dari riuh deras hujan 
Kurasa benarlah akan ada yang perlahan menghilang 
Ragaku, pun mulai ku paksakan untuk tidak banyak memaksakan apa yang sebenarnya kini disaksikan
Tak ada isyarat yang kutemukan bahwa ini tanda kepergianmu dari kebersamaan yang sering kudambakan

Semakin jauh saja suaramu kini tak lagi fasih ku dengarkan padahal kita di satu ruang
Kemana senyuman yang selalu menyapa lelahku ketika mentari beranjak pergi meninggalkan
Akankah kau adalah keindahan selanjutnya yang harus pergi tanpa jawaban dan alasan 
hari - hari mulai suram saat aku tak juga berhasil mendapat tebakan kemana kau yang dulu memberi secercah bahagia 
tak terhentikan oleh apapun yang berusaha menahan, bukankah pertemanan ini bagimu adalah hal yang paling sulit kau lepaskan 

Tapi pahamku mudah sosok baru datang untuk membuatmu bersama lebih indah 
Dibalik diamku yang mungkin mudah membuatmu bosan belum juga ada jawaban mengapa kini kau begitu bungkam
Adakah kesalahan yang tak  termaafkan oleh mulut dan suaramu yang menenangkan?
Beri aku sedikit arahan kalau aku akan kehilangan, keseruan, pertemanan dan kebersamaan yang dulu sering kita nantikan
Benar dua raga kita tak mengingat bahwa tak ada predikat yang mengikat untuk saling menetap 
karena ini berteman seperti biasa tak punya Ruang dalam memaksa kehendak 

Kalau saja aku telah tahu bagaimana akhir dari cerita dan suasana singkat ini
Mungkinkah ini adalah alasan tepat atau ada bisikan tanda kepergianmu akan semakin jelas terlihat
Benarkah semua hal ini terjadi setelah ragamu beranjak pergi bersama raganya yang membuatmu berhasil menetap
Sedang baru saja aku yang banyak diam untuk kisah ini sadar adanya rasa tak ingin berhenti saling mengingat 
Menyusun Bait - demi bait kata dari mulut - mulut  dua pihak yang saling berhak akan adanya 

Salahku mungkin karena terlalu berharap sedang maha penggenggam - Nya  dia yang mencerna setiap cela 
Sebesar apapun dulu usaha mu untuk menaruh harap kalau hatiku tak tergerak wajar saja kini kau kalah 
Detik menit bahakan jam pun saling menatap mengapa dan apa penyebab kita semakin tak dapat bertatap 
Ada diam yang kalah tersungkur dan bungkam jeda tak berani bersuara bahkan sekejap saja tidak samasekali 
Inikah yang disebut pergi tak kembali?

Saat kutulis bait dan sajak pilu ku tak juga kunjung mereda hujan membasahi pipku 
Menulisnya pun kira bercanda benarkah Ada rindu yang tak sempat bicara bisakah aku kembali di sapa 
Bahkan sehuruf saja tak juga ada tanda kau akan memberi sesuap sapa
Bak duri yang menusuk kebersamaan yang kini royak kalah akan ego yang tak termenangkan dari salah satu pihak
Bisakah setidaknya ada tanda memberi cela agar tak dalam rasa luka untuk pergimu yang tiba - tiba 

Kini tak ada lagi suara bahkan setelah sekian lama datangnya maafmu pun masih menaruh kecewa 
Sekuat apapun cerita yang berusaha kembali kubuka luas pula alasanmu menguras air mata 
Nyata kau sekarang bahagia bersama, tapi tidak dengan aku yang terhempas tanpa ada kabar ini kenapa?
Seperti di diamkan di keramaian Namun dibangunkan oleh raga bahwa semua akan baik baik saja
Tapi semua di bungkus rapuh yang menyiksa 

Saat kutemukan jawabannya 
Bukan aku tak terima adanya, Pergimu jadi sebuah tanda tanya akankah kembali?
saat awan tak mendung lagi, saat Hujan beri jeda pada derasnya tumpah 
Semudah tanganmu menulisnya dan kakimu yang melangkah dan serumit aku yang tengah membaca 
Singkat pertemanan ini membuatku jelas Adanya rapuh dan luka yang akan kau sisah

Biarpun aku adalah raga yang bukan siapa - siap Layaknya Kita usah membuat banyak cerita 
Punya makna Yang mengikat setiap jeda yang sempat menyayat 
Untuk mu yang semakin jauh Terima kasih rumitnya
Sesegera saja aku berusaha lupa setiap duka yang semakin menyiksa raga yang luluh lantah 
Mungkin benar beginilah Akhir dari sua yang ingin pisah,

Sekarang saatnya ku membaca Tuhan Ada rencana dibalik hadirnya cerita kebersaman yang kau maksud begitu sederhana 
Dan akulah yang harus disabut rasa penuh tanya mengapa pergimu harus punya banyak arah 
Namun tak temu cela adanya berpisah adalah Hal yang mudah untukmu 
Terbawa Angin Kalah dari hujan  sepucuk Suratmu Untuk pergi telah Ada di atas telapak tangan 
Yang ronyak membahas pesan kepergian menngungkit kebersamaan dan mentoreh banyak cerita pahit dan manisnya hadir kebersamaan dan pertemanan yang penah kita ciptakan.


Semoga waktu memberiku keinginan untuk berani mengulang ulang dan memaknai goresan - goresan yang akan membuatku Semakin terkapar tak menahan hujan yang lebih berani terus berjatuhan 
Saat kenyataan harus memaksa aku untuk membuka  sekarang, \
Tenanglah takkan ku pertanyakan alasan pergimu 
Biarlah tanya itu terus mekar tumbuh tentang pergi akankah kembali ?
Untuk jawaban - jawaban bait bait yang semakin memperindah sepucuk surat untuk pergi
Darimu Yang sempat singgah dihidupku dan cerita yang diciptakkan adanya bersama










        Sajakku jangan sampai melukaimu melainkan alasan sembuhmu, mengungkit bukan untuk membuatmu kembali sakit.
Tapi temukan Alasanmu mengapa harus kembali bangkit. Dari apa yang telah benar - benar berani membuatmu jatuh pulihkan kakimu yang luluh Bangun kembali asa mu kalau pun tidak menjadi temannya ingatlah ada Allah yang telah mengatur alur - alur cerita sederhana yang sempat singgah namun jika hadirnya tak menetap adanya berarti sabarmu masih diuji kuatnya masih ada kabar dan cerita lebih hebat selanjutnya dari -Nya Yang akan menciptakan Bahagiamu yang penuh makna tak berbahasa yang membuatmu yakin Ada yang lebih membuatmu lebih kuat dari apa yang telah membuatmu pernah menjadi orang paling sakit 👱😊




Komentar