Kalau saja waktu bisa di ulang mungkin aku bukanlah yang mampu memohonkannya. Kalau saja bintang mulai mempertanyakan mengapa aku tak berani melawan kenyataan kalau bintang yang terlihat kecil itu sebenarnya mampu memenangkan hatiku yang sedang menantikan hiburan bahwa pada kenyataannya terlihat ia dari kejauhan bisa begitu mudah menghadirkan senyuman. Pemahamanku tentangnya memang tak banyak tapi percaya akan hadirnya bintang, bulan, matahari yang senantiasa saling melengkapi bersama langit pasti punya tujuan dan titik dimana suatu saat kita sadar akan kehadiran keindahannya sangat dibutuhkan saat raga para makhluk mungkin mulai kalah oleh raga yang sesekali semakin mudah menyerah, bukan karena dengan mudah mengalah tapi ada titik dimana terkadang seseorang tak mampu menjelaskannya lewat mata dan lisan yang dianggap akan tahu semuannya tentang apa yang sempat terasa.
Dulu waktu mentari tak bergantian dengan musim hujan yang semakin mendekat menerpa langit yang biru menawan di lihat dari kejauhan. Ketika mata menatap ke atas, para penikmatmu masih saja setia menantikan kehadiranmu yang menggembirakan dibalut dalam kesemuan dan singkat serta sesaat saja, Bukan pula sebuah penyesalan karena meski berakhir dengan kepergian yang menyisahkan kerapuhan senja tetap saja akan selalu jadi kehangatan yang dinantikan meski hanya sedikit penggambaran warna jingga yang memberikan kesan kehangatan yang diitemani matahari yang beranjak menjauh dengan bentuk bulatnya yang menambah keindahan dipenghujung hari itu.
Sedikit yang kupertanyakan , benarkah ini bagian dari kenyataan atas senja yang beranjak pergi meninggalkan adalah sebuah tanda? adalah bagian alur yang harus kuterima, bahwa kepergiannya menyambut rindu yang masih sempat tersimpan disebait lagu yang sempat kunyanyikan demi berusaha menghilangkan sedikit keresahan penyiksaan akan sebuah kerinduan yang mengingatkan kepada kebersamaan yang mengesankan yang sempat kita ciptakan.
Untukmu yang sempat menjadi sebuah sebab dan pembuat adanya kenangan jangan membuatku terus terperangkap dan jatuh terjerembab dalam kepiluan mengingat kembali setiap kejadian lewat lagu yang pernah kita jadikan sebagai sebuah alasan bagian dari cara mengekspresikan kebahagiaan karena Anugrah - Nya yang mengizinkan pertemanan yang terjalin karena sebuah pertemuan dan perkenalan yang sedikit membuat kita seperti dua manusia asing yang tak pantas menyatu lewat sebuah sapaan yang menyenangkan.
Aku sudah lama duduk disudut situ
Tak banyak yang melihatku
Matamu pun sudah menghilang dari pelupuk mata yang terbiasa melihatmu
Jika aku kembali seperti benda semu yang tak berarti bagimu
Mungkin akulah sosok disudut situ, yang terkunci karena sepi tanpamu
Aku sudah lama di sudut situ
Mungkin saja matamu tidak tertuju padaku
Sudah banyak bait yang menggambarkan rindu sederhanaku
Tapi bisa apa raga yang kau anggap mahkluk asing ini
Bahkan jika mungkin kau tahu bagaimana rindu itu menggebu memanggil namamu
Jika saja matahari bisa jadi saksi tetesan air mataku yang tak lagi malu
Ingin ku memohon agar dia menjadi penjaggal sebab tumpah percumanya air mataku itu
Agar tak lemah aku dihadapanmu
Tidak rapuh aku di Satukan olehmu disatu ruang yang sama
Sekalipun semenjak ada Dia jadi pelindung pemisah antara kita dan sedikit kisah
Tenanglah aku tak sama sekali benci akan kenyataan yang ada
Karena sekarang banyak bait - demi bait lagu yang sedikit menentramkan raga yang kalah akan asa
Yah benar yang sempat lelah karena mengalah
Kini bukan, aku bukan mengalah tapi berusaha mengikhlaskan kepergianmu yang mungkin telah Bertemu arah, yang semoga bisa menerima setiap kisah
Ada banyak bait yang menjadi saksi kenangan yang mengingatkanku pada kebersamaan dengamu
Tapi hak apa yang ada padaku?
Mungkin rumputpun tang bisa menjawabnya
Sebagaimanapun jauhnya setiap rencana
Kalau kau bukanlah sebuah takdir indah berlandaskan Ridho- Nya
Aku memilih pergi saja
Ya Allah maafkan raga yang mulai lelah,
Lalu luluh saat mendengar lirik lagu itu kembali
Karena tak sedikit dari liriknya yang sulit kujelaskan, hingga
Kembali meneteskan air mata bukanlah pilihan mungkin hanya kebetulan
Ataukah sebuah bagian dari pejelasan dari sebuah rasa yang telah lama bersembunyian
Rasa yang mulai rindu akan hadirnya
Meski sapa adalah batas pemisah yang kokoh kelihatannya
Semoga saja dengan doa bisa menenangkan keduanya
Kedua raga yang mungkin sempat saling merindukan
Dulu waktu mentari tak bergantian dengan musim hujan yang semakin mendekat menerpa langit yang biru menawan di lihat dari kejauhan. Ketika mata menatap ke atas, para penikmatmu masih saja setia menantikan kehadiranmu yang menggembirakan dibalut dalam kesemuan dan singkat serta sesaat saja, Bukan pula sebuah penyesalan karena meski berakhir dengan kepergian yang menyisahkan kerapuhan senja tetap saja akan selalu jadi kehangatan yang dinantikan meski hanya sedikit penggambaran warna jingga yang memberikan kesan kehangatan yang diitemani matahari yang beranjak menjauh dengan bentuk bulatnya yang menambah keindahan dipenghujung hari itu.
Sedikit yang kupertanyakan , benarkah ini bagian dari kenyataan atas senja yang beranjak pergi meninggalkan adalah sebuah tanda? adalah bagian alur yang harus kuterima, bahwa kepergiannya menyambut rindu yang masih sempat tersimpan disebait lagu yang sempat kunyanyikan demi berusaha menghilangkan sedikit keresahan penyiksaan akan sebuah kerinduan yang mengingatkan kepada kebersamaan yang mengesankan yang sempat kita ciptakan.
Untukmu yang sempat menjadi sebuah sebab dan pembuat adanya kenangan jangan membuatku terus terperangkap dan jatuh terjerembab dalam kepiluan mengingat kembali setiap kejadian lewat lagu yang pernah kita jadikan sebagai sebuah alasan bagian dari cara mengekspresikan kebahagiaan karena Anugrah - Nya yang mengizinkan pertemanan yang terjalin karena sebuah pertemuan dan perkenalan yang sedikit membuat kita seperti dua manusia asing yang tak pantas menyatu lewat sebuah sapaan yang menyenangkan.
KISAH DIBALIK SEBAIT LAGU YANG MEMBUATKU LULUH LANTAH
cipt : Mutiah Mawaddahtul Maulia
Aku sudah lama duduk disudut situ
Tak banyak yang melihatku
Matamu pun sudah menghilang dari pelupuk mata yang terbiasa melihatmu
Jika aku kembali seperti benda semu yang tak berarti bagimu
Mungkin akulah sosok disudut situ, yang terkunci karena sepi tanpamu
Aku sudah lama di sudut situ
Mungkin saja matamu tidak tertuju padaku
Sudah banyak bait yang menggambarkan rindu sederhanaku
Tapi bisa apa raga yang kau anggap mahkluk asing ini
Bahkan jika mungkin kau tahu bagaimana rindu itu menggebu memanggil namamu
Jika saja matahari bisa jadi saksi tetesan air mataku yang tak lagi malu
Ingin ku memohon agar dia menjadi penjaggal sebab tumpah percumanya air mataku itu
Agar tak lemah aku dihadapanmu
Tidak rapuh aku di Satukan olehmu disatu ruang yang sama
Sekalipun semenjak ada Dia jadi pelindung pemisah antara kita dan sedikit kisah
Tenanglah aku tak sama sekali benci akan kenyataan yang ada
Karena sekarang banyak bait - demi bait lagu yang sedikit menentramkan raga yang kalah akan asa
Yah benar yang sempat lelah karena mengalah
Kini bukan, aku bukan mengalah tapi berusaha mengikhlaskan kepergianmu yang mungkin telah Bertemu arah, yang semoga bisa menerima setiap kisah
Ada banyak bait yang menjadi saksi kenangan yang mengingatkanku pada kebersamaan dengamu
Tapi hak apa yang ada padaku?
Mungkin rumputpun tang bisa menjawabnya
Sebagaimanapun jauhnya setiap rencana
Kalau kau bukanlah sebuah takdir indah berlandaskan Ridho- Nya
Aku memilih pergi saja
Ya Allah maafkan raga yang mulai lelah,
Lalu luluh saat mendengar lirik lagu itu kembali
Karena tak sedikit dari liriknya yang sulit kujelaskan, hingga
Kembali meneteskan air mata bukanlah pilihan mungkin hanya kebetulan
Ataukah sebuah bagian dari pejelasan dari sebuah rasa yang telah lama bersembunyian
Rasa yang mulai rindu akan hadirnya
Meski sapa adalah batas pemisah yang kokoh kelihatannya
Semoga saja dengan doa bisa menenangkan keduanya
Kedua raga yang mungkin sempat saling merindukan
Dua raga disatu ruang yang sama tapi terpisah karena adanya bahagia yang lebih membuatnya tersenyum bangga
Seperti sebuah bunga yang mulai mengalahkan ku yang hanya bermodalkan mengikhlaskan bahagianya
Meski torehan luka yang kini tersisa.
Kutunggu langit menjadi penghibur ketika aku kembali kalah oleh air mata
Yang sudah berani kembali tumpah
Meski kutahu sebenarnya aku bukanlah lagi raga yang sering kau puja
Semoga setiap kenangan yang kembali menyapa bukan pintu yang berusaha membuka kembali setiap kejadian yang berusaha kembali memberi luka yang akan lama sembuhnya💜👍
Untukmu yang sedang membaca bukan aku berusaha menyiksa kau yang sedang terluka anggap saja kita sama - sama sedang menenangkan Raga yang lelah akan apa yang sempat membiarkan Hati tulus mu itu terluka 🙏😇
Komentar
Posting Komentar