MENATAP KISAH PENUH LUKA

                Seperti angin yang berhembus membawa setiap detik helai nafas menghirup udara segar lewat penantian. Sebuah kehangatan senja menggulung sakit dalam kerapuhan jiwa tergerak hati ingin melupakan. Namun, sekat terjepit oleh waktu yang melarang setiap insan untuk menyatu karena tak layak saling jatuh kedalam fitrah yang belum saatnya tumbuh. Seperti sebuah rasa yang sempat bercengkarama menarik setiap rasa itu mengikat dalam kagum. Melawan waktu yang terus menjerit ingin mengagumi yang belum aku dan kau tahu.


Lalu......
seperti apakah awan dan langit saling menyatu bahkan hanya untuk saling menyapa pun sudah sangat jauh. Lantas harus apakah aku? yang tak pernah tahu seperti apa bertemu dan berpisah itu terperangkap dalam naungan sebuah sekat waktu.




GORESAN LUKA

  Cipt:Muti’ah Mawaddahtul maulia


Pagi, hai  bolehkan ku sempatkan menyapamu?
Hariku sunyi ditemani angin yang berhembus
Ketika ragaku disentuh oleh terik matahari pagi
Kau tak sadar ada bercak-bercak sakit yang sempat kau beri

Hai,,, bagaimana denganmu?
Masihkah ada waktu untuk menyapaku?
Melihat kembali kisah yang sempat dilukis bersama
Membuat kembali teka teki sapa

Tapi apa? Sakit sudah menerpa
Raga sudah kau buat rapuh
Ketika rindu sudah tak bisa menyentuhmu
Sapaanku bukan lagi harapanmu

Dulu, bersamapun adalah bagian dari kebetulan yang kau ciptakan
Kini sisa lipatan - lipatan waktu yang menggores
Berbekas sampai rasanya tak dapat lagi sembuh
Membalutnya dengan kisah baru pun tak akan mempan

Berbisik saling membenci juga bukan
Bercerita tentang kebersamaan sudah membosankan
Kini yang tersimpan hanya sunyi kerapuhan
Bertemu denganmu sepertinya hanya sebuah goresan yang tak nampak

Kau bukan hal yang paling menyakitkan
Bukan yang mahir pula memberi kebahagiaan
Tapi bagian yang paling mengesankan
Bertemu dengan sekedar memberi goresan luka

Bukan sebagai tamu, kepahitan
Melaikan hal yang paling membahagiakan saat itu
Bahkan ketika harus berurusan hanya dengan goresan luka yang sempat kau torehkan secara perlahan namun membekas sangat menyakitkan

Berbahagialah wahai senyummu yang kembali hadir,
Ingatlah aku tak pernah menyesal dengan perkenalan, pertemuan dan pertemanan yang tuhan anugrahkan
Karena pertemanaan ini adalah sebuah kebersamaan yang mengesankan
Untukku,
Untuk waktu yang mempertemukan Atau mungkin... untukmu?  

Kau tak pernah tahu
Kini aku sadar kau sekedar sapaan yang menemani kehangatan senja yang indah
Bermakna tapi singkat 
Seperti pertemuan orang asing yang tak berfikir

Sangat meluluhkan untuk sebuah pengharapan Sebuah goresan luka
Terima kasih untukmu pemberi goresan luka
Meski tanganmu tak sanggup lagi menggenggam semua asa
Tapi... apa yang di berikan?

Ternyata kau hanya seorang sosok
Yang begitu mahir menyimpan,menyisihkan
Untuk hati yang telah kau patah

Untuk raga yang kau buat rapuh
Untuk jiwa dan diri yang telah meluluh lantah ingin menyerah
Maafkan aku karena sempat hadir sebagai jeda dalam kisahmu yang belum berakhir sebenarnya

Aku minta bertahanlah
Untuk dirimu sosok makhluk perasa jangan menyerah
Ada hati yang harus tetap bahagia meski tak lagi bisa menatapnya








*******







      Ada kisah yang masih sangatt sulit diceritakan, namun tidak bermaksud pula merahasiakan.
banyak sakit yang tidak ternampakkan bahkan mengubur dalam - dalam luka yang sempat didapatkan.
lalu....
seperti apakah sebuah kebahagiaan? jika dua insan hanya saling menyakitkan.Aku belum tahu jelas seperti apa diri seseorang namun mulut itu begitu mahir menceritakan seolah mereka tahu apa yang setiap detiknya dilakukan oleh seseorang.Berniat untuk membalasnya pun tak pernah. 
Tapi apa yang kudapatkan setelah sekian lama ku berdiam waktu ku terbuang karena hanya menyia- nyiakan setiap waktuku habis memperhatikan setiap perkataan yang hanya menyisakan luka yang tidak bisa ku ungkapkan karena telah paham seperti apa luka yang sempat singgah dan seperti apa melukai namun sakitnya tak bisa tergambarkan rasanya.Aku berharap ada bahagia yang menjemput setelah keikhlasan dan sabarnya hati dalam menjalani semua yang telah terjadi.
             tersenyumlah kembali agar percik- percik bahagia hadir lagi kau tahu senyumanmu sederhana tapi senyuman ini luar biasa mungkin hanya sekedar lengkungan bisa namun bisa meluruskan banyak hal sadarlah kau harus bangun untuk menguatkan kembali raga atas kenyataan yang telah ada.



  KEBERSAMAAN YANG KURINDUKAN
cipt: Muti'ah Mawaddahtul Maulia


Dulu kita seperti akrabnya langit melengkapi bintang
Sehangat hadirnya senja ketika sore datang
Seindah hadirnya pelangi setelah hujan
Sedangkan dia sesunyi malam semenjak tak menyapaku

Langit biru terimalah sapaan awan kepadamu
Temanilah matahari yang terik menyinariku
Meski semu, dan tak lagi ada suaramu
Kutakut kau semakin luluh

Masihkah ada namaku? Dibalik setiap senyum tipis itu
Bagaimana kabar gemerlap bintang dimalam hari?
Yang kuharap jatuh malam ini
Meski lewat sapaan rapuh karena kesepian ini

Langit janganlah diam karena bulan tak menemuimu yang sendiri
Kau tak ingat dulu kau sangat menyayangkan sedih yang hadir di pipi
Khawatir akan senyum yang tak ada lagi
Meski waktu membawa ku pergi karena sedih yang berlarut ini

Aku takut….
Kamu yang kemarin sama halnya matahari yang membawa terik
Membawa kabar lewat berbisik kalau kini kau tak ingin lagi mengusik
Aku takut Kamu kembali sakit karena lirih setiap ucapanku
Tak pernah kau tahu seperti apa rindu yang kembali tumbuh
Saat mulutmu tak fasih lagi saat menyapaku
Bahkan denting sapamu bukan lagi kebahagiaan yang dapat kutunggu
Meski waktu semakin menahanku

Namun…
Apa dayaku yang seperti figur dalam setiap dramamu
Tertuntun Cuma – Cuma aku ada dalam bagian kisahmu
Kalau saja waktu dan semu bisa menyatu

Harapku hanyalah satu
Jadilah dirimu yang dulu
Lewat waktu dan takdir yang menyatukan
Kalau bukan denganmu,

Aku harap bisa mendapatkan kebahagiaan
Melengkungkan kembali senyuman yang sempat menghilang
Kumohon hadirkan kembali kebersamaan
Mengumpulkan kembali buih – buih kasih sayang

Ingatlah dirimu sebagai sesuatu yang sempat kulangitkan
Kamu yang sempat ku ceritakan dibawah sajadah hitam
Namun pertemuan, hanya kehendak–nya lah yang semoga bisa menjanjikan

Untuk kita yang disatukan dalam kebersamaan.
Untuk kita yang belum sempat kembali dipertemukan
Aku belum tahu seperti apa hati yang masih berbolak - balik
Tapi ingatlah setiap penyatuan ada sekat yang membawa sebuah perkenalan

Untuk waktu yang tak sempat menyatukan
Untuk rindu yang belum bisa tercurahkan
Semoga berbuah kebahagiaan
Dan berakhir pertemuan yang mengesankan

Kau yang sempat kulangitkan
Maaf karena telah berani merindukan
Kebersamaan kemarin yang  ingin kembali ku ulang
Karena apapun yang terjadi kau hanyalah sebuah pertemuan yang di rencanakan oleh Ilahi

Kau tahu kamu aalah sesuatu yang sampai kini sulit dijelaskan
Namun, bagian yang paling mengesankan 
dalam sebuah persahabatanYang kau ciptakan.
  



Komentar