Hijabers 15 Tahun Ini Jadi Mahasiswi Termuda di Universitas Gajah Mada

Hijabers 15 Tahun Ini Jadi Mahasiswi Termuda di Universitas Gajah Mada


Jakarta - Hijabers asal Sidoarjo, Jawa Timur ini menorehkan prestasi di kampus Universitas Gajah Mada (UGM). Kamila Putri Hanisa yang baru berusia 15 tahun ini tercatat sebagai mahasiswa baru termuda di UGM.


Memakai hijab putih, Kamila Putri Hanisa tersenyum bahagia saat namanya disebut di upacara penerimaan mahasiswa baru UGM tahun akademik 2017/2018 di Grha Sabha Pramana, Bulaksumur, Senin (7/8/2017). Dia disebut sebagai mahasiswa termuda UGM karena masuk kampus tersebut dalam usia 15 tahun lima bulan.


Kamila diterima menjadi mahasiswa baru Departemen Geografi dan Ilmu Lingkungan, Fakultas Geografi UGM. Dia masuk melalui jalur seleksi SBMPTN. "Seneng bisa diterima di Fakultas Geografi UGM," katanya seperti dikutip dari situ resmi UGM.


Description: E:\BLOGGER\Hijabers 15 Tahun Ini Jadi Mahasiswi Termuda di Universitas Gajah Mada_files\lg(6).php
Kamila bisa menjadi mahasiswi termuda karena dia melakukan lompatan kelas atau mengikuti kelas akselesari sejak duduk di bangku sekolah dasar. " Kalau tidak akselerasi, mungkin saya masih duduk di kelas X SMA," ujarnya. Sebelum menjadi mahasiswi UGM, Kamila merupakan lulusan MI Nahdlatul Ulama Minu Pucang, Sidoarjo, Jawa Timur, SMP Negeri 1 Sidoarjo, SMA Negeri 2 Sidoarjo, Jawa Timur. 


Menjadi siswa kelas akselerasi sejak SD, tentu bukan hal muda untuk Kamila. Menurut dara kelahiran 26 Februari 2002 itu, kunci dari kesuksesannya hingga bisa masuk kuliah di usia 15 tahun adalah berusaha mengikuti semua pelajaran dan rajin belajar.


Yang juga menjadi penyemangatnya dalam menjalani kelas akselerasi adalah dukungan orangtuanya. "Itu sangat berpengaruh, apalagi kalau lagi down atau stress. Belajar di kelas-kelas akselerasi sangat padat banget," tuturnya


Selain jadwal pelajaran yang padat, tantangan lainnya yang dihadapi Kamila selama mengikuti kelas akselerasi adalah harus mampu mencapai target nilai yang sudah ditentukan. Siswa-siswa yang tidak memenuhi capaian patokan nilai yang telah ditentukan maka bisa diturunkan dari kelas akselerasi.
 

"Misalkan ada beberapa mata pelajaran yang berada di bawah nilai 92, seperti matematika, fisika, kimia dan lain-lain. Meski begitu bapak ibu guru masih memberi toleransi, dengan ujian ulang. Gimana-gimana, kelas akselerasi ini adalah pilihan saya," katanya



Segala kerja kerasnya di kelas akselerasi itu kini sudah terbayar. Dia berhasil masuk kuliah dalam usia 15 tahun. Dia pun memiliki target bisa menyelesaikan kuliah dengan cepat. ""Pinginnya setelah lulus melanjutkan S2 ke luar negeri," kata remaja yang bercita-cita bekerja di National Geographic itu.

Komentar